Pages

July 17, 2013

Kesetiaan Megap-megap

#1
Ingin menyair si fulan, sebelum separuh malam direngkuh bulan.

#2
Fulan, angin menggoda saya sore ini. Dibisikkannya satu dua mantra pengurai ingatan. Namun rindu saya menolak dibagi-bagi. Ia mencerca.

#3
Kadang ingin saya pamerkan harta karun ini. Kesetiaan nan rapuh. Tapi ia ada, Fulan. Meski megap-megap. Ada dan bernyawa.

#4
Setiap malam jemari terengah menyusun kolase utuh. Selalu ada puing yang raib. Semoga ada padamu, Fulan. Semoga.

#5
Pada hitungan kedua, ajaklah nyawa malam memejam. Biar dia tertidur, sedang kita menipu mimpi. Di ujung purnama, kita bersuka menebus dosa.

July 11, 2013

Rindu Berangin

Rindunya tak henti minta ditelanjangi. 
Menggetarkan puting di balik sepi dingin berangin. 
Aduhai.

July 05, 2013

siksa kesturi

Ingin menyair si fulan 
sebelum dengkur dihembuskan.

Adalah dua hal berbeda fulan, 
antara mencium lekat 
wangi tubuhmu di ingatan 
dan menuai bunga kesturi 
bersama. 
Meski keduanya sama 
menyiksa.


June 26, 2013

rhythm surfers

#1
Kamu keliru, teman. Kesejarahan saya dan fulan itu lebih bermakna daripada yang kau bayangkan. Kami mempermainkan ritme layaknya peselancar.

#2
Dalam suatu kesempatan, fulan bersikukuh ingin menggenggam tangan saya. Saya menolak. Persentuhan fisik tak sanggup memenangkan kegetiran.

#3
Ya, kegetiran akan kimiawi tarik ulur antara saya dan fulan. Kuncup yang tak pernah disirami dengan sengaja. Bagi saya, ia mekar. Selalu.

 

June 21, 2013

melupakan lupa

Apa ada yg ingin kau lupakan, fulan? 
Jika kau dibenci 
karena apa yang kau yakini 
dianggap sesat, 
bisakah berpura-pura lupa
hatimu tak luka?

May 28, 2013

Saya dan kamu yang keparat!

#1
Ingin menyair si fulan. Sambil menunggu rendaman cucian.

#2
Pada sebuah pagi, saya berkeluh kesah. Bukan, bukan tak menyukuri hidup. Adalah si fulan yang menyudutkan pikir saya ke pojok lamunan.

#3
Fulan berkata, tak ada yang tetap sama pada sosok manusia, kecuali perubahan itu sendiri. Saya bermain dengan kebenaran diri yang naif.

#4
Jadi begitu, fulan. Perubahan tak selalu menenangkan saya. Utamanya kala tataran ideal diporakporanda bangunan baja dunia. Saya habis kata.

#5
Namun pada akhirnya, saya merasa harus menyerah di titik damai. Damai nan nadir. Tak ingin terjebak dalam pergulatan cita dengan si fulan.

#6
Saya hanya sanggup mengukir harap di terjal debat. Suatu saat saya juga akan berubah semangat. Semoga fulan tak naif menilai saya keparat.

 

May 22, 2013

Fulan, kamu dimana?

#1
Ingin menyair si fulan, biar gundah seketika menyelinap.

#2
Adalah saya, fulan; si pemabuk yang kehilangan botol tuak. Bingung mencari jejak mimpi. Dunia saya tak pernah tentang apa-apa.

#3
Suatu masa palu godam menghantam pelipis saya, fulan. Namun tiada yang bergeming selain kedut matamu. Si fulan menatap tanpa pesan.

#4
Menertawai kebodohan diri adalah cara saya menampar keangkuhan ego. Kadang fulan hanya menonton. Sesekali bertepuk tangan. Saya menangis.

#5
Di ujung bulan separuh, saya toh akhirnya sendirian juga. Tidur, mendengkur, terjaga, mengorek ingatan lapuk. Fulan, kamu dimana?